204.Ketentuan Warna Bulu Binatang Kurban

Pertanyaan:
Assalamu’alaikum. Apakah ada ketentuan warna untuk hewan yang akan dikurbankan? Terima kasih.

(Dari: Imro'ah Alfu Himmah).

Jawaban:
Wa alaikum salam warahmatullahi wabarakatuh.
Ketentuan mengenai warna bulu binatang yang akan dikurbankan merupakan anjuran segi keutamaan (afdhaliyah) dari Rasulullah dan bukan merupakan kewajiban namun lebih utama bila dikerjakan. Hal tersebut bersumber dari hadits Aisyah radhiallahu ‘anha:


أَمَرَ بِكَبْشٍ أَقْرَنَ, يَطَأُ فِي سَوَادٍ, وَيَبْرُكُ فِي سَوَادٍ, وَيَنْظُرُ فِي سَوَادٍ; لِيُضَحِّيَ بِهِ

Nabi pernah memerintahkan agar diambilkan seekor gibas (domba jantan) yang bertanduk, kuku dan perutnya hitam dan sekeliling matanya hitam. Lalu gibas tersebut dibawa ke hadapan beliau shallallahu ‘alaihi wa sallam untuk dijadikan kurban. (HR. Muslim no. 1967).

Dari hadits di atas menggambarkan secara khusus pada domba. Imam al Khathabiy menjelaskan maksud hadits Aisyah tersebut adalah bagian kaki, perut dan sekeliling matanya berwarna hitam sedangkan bagian tubuh yang lain dominan berwarna putih.

Namun pada penjelasan yang lain ulama menyebutkan bahwa ketentuan tersebut juga berlaku umum untuk semua jenis binatang kurban, mengingat binatang yang boleh dijadikan kurban bukanlah kambing/domba saja. Imam Ibnu al Arabiy menjadikan hadits tersebut sebagai dalil tentang disyari'atkannya memperbagus mutu kurban baik dari segi sifat maupun warna. Imam al Mawardiy berkata: Apabila berkumpul (dalam seekor hewan) sifat sedap dipandang beserta bagus kualitas dagingnya maka itu lebih utama. Dan apabila hanya memiliki satu sifat saja yang bagus kualitas daginya lebih diutamakan ketimbang sedap dipandang. Mayoritas ulama Syafi'iyah berpendapat: Lebih utamanya hewan kurban itu berbulu putih, kemudian kuning emas, kemudian putih kusam (seperti debu), kemudian belang dan yang terakhir hitam.
Wallahu a'lam.

(Dijawab oleh: Al Murtadho).


Referensi:

Fathul Bari li Ibni Hajar juz 10 hal. 12

وقد ثبت في حديث عروة عن عائشة أن النبي صلى الله عليه وسلم أمر بكبش أقرن يطأ في سواد وينظر في سواد ويبرك في سواد فأضجعه ثم ذبحه ثم قال بسم الله اللهم تقبل من محمد وآل محمد ومن أمة محمد ثم ضحى أخرجه مسلم قال الخطابي قولها يطأ في سواد إلخ تريد أن أظلافه ومواضع البروك منه وما أحاط بملاحظ عينيه من وجهه أسود وسائر بدنه أبيض


Al Iqna' lil Mawardiy hal. 184

والأضحية سنة نأمر بها ولا نوجبها ولا تجزىء إلا من النعم وأفضلها الإبل ثم البقر ثم الضأن ثم المعز صفوها وبيضها ثم عفرها أفضل من سودها


Fathul Bari li Ibni Hajar juz 10 hal. 11

وفيه استحباب التضحية بالأقرن وأنه أفضل من الأجم مع الاتفاق على جواز التضحية بالأجم وهو الذي لا قرن له واختلفوا في مكسور القرن وفيه استحباب مباشرة المضحى الذبح بنفسه واستدل به على مشروعية استحسان الأضحية صفة ولونا قال الماوردي إن اجتمع حسن المنظر مع طيب المخبر في اللحم فهو أفضل وإن انفردا فطيب المخبر أولى من حسن المنظر وقال أكثر الشافعية أفضلها البيضاء ثم الصفراء ثم الغبراء ثم البلقاء ثم السوداء